Minggu, 25 Maret 2012

Bagaimana Nasib Bisa Dirubah

Masa yang sangat menggembirakan bagi kami, karyawan karyawan kroco ini yang stay jauh dari peradaban, tentulah masa ketika tugas mengharuskan kami pergi keluar kota. Uang saku itu jelas, jalan jalan itu juga pasti, tapi yang enak adalah bahwa kami tentulah menginap di hotel yang ada bintangnya, selesai kerjaan lalu menikmati semua fasilitas hotel mulai dari kolam renang sampai ke bar karaoke. Menyenangkan memang.
Alkisah disuatu masa di jaman itu, kami berlima mendapat giliran untuk presentasi proyek ke Jakarta. Tentulah ke’norak’an itu sudah terlihat begitu kami keluar kantor. Tas kerja hitam, sepatu mengkilat dan celana kerja kami ganti jadi celana pendek, kaos oblong, kacamata hitam dan tentu saja....sandal jepit. Maksudnya supaya kelihatan ‘cool’ , dan memberikan kesan kalau kami ini terbiasa naik pesawat...paling tidak seminggu sekali lah.
Tapi toh kampung tetap kampung, biar dandanan mentereng dan wangi, tetap saja kelihatan norak dengan tas plastik kuning dengan tulisan UD Central Jaya berisi kacang disko dan burasa’, jaga jaga siapa tahu di jakarta ndak ada nasi. Begitulah, dengan bergaya kami check in di sebuah hotel mewah di pusat ibu kota, tentulah tak ada insiden memalukan di sana, karena orang kantor pusat telah membereskan urusan administrasinya sebelum kami datang. Begitu kami masuk di lift, kegaduhannya mulai muncul.
‘ Kau kamar berapa ?’
‘ 506, kau berapa ?’
‘ 504, jadi di lantai berapa itu ? ’
Solusinya gampang, tiap angka kami pencet dan tiap lantai ketika pintu lift terbuka, satu orang bertugas mencari tahu berapa saja nomor kamar di lantai itu. Seru yah...Setelah kami menemukan kamar kami masing masing, keributan masih saja terjadi. Sebagian teman tak mampu membuka pintu, bingung di depan kamar, tehnologi di otak mereka tak mampu menjangkau nalar bahwa gembok sekarang sudah tidak memerlukan kunci untuk menutup dan membuka pintu.
Saat sedang akan nonton tipi, seorang teman masuk.
‘ Ih...kenapa menyala listrik di kamarmu ? Di kamarku mati lampu, panasnya lagi, Acnya juga mati ‘.
Begitulah, beliau ini juga gagap tehnologi, terkaget kaget melihat sebuah kartu bisa jadi kunci sekaligus saklar lampu. Kamipun lalu berkumpul di satu kamar, berdiskusi apakah kami akan berenang dulu, pijit dulu atau mau pergi ke cafe dulu. Begitulah kami, tak seorangpun berminat untuk membicarakan presentasi kami besok. Sang empunya kamar ngambek, karena idenya untuk pergi berenang tidak ada yang menanggapi. Masa iya jam satu siang mau berenang ? Maka berlalulah bapak ini dengan murka ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak berapa lama kemudian terdengar teriakannya.
‘ Hu..hu ‘
Kami berhamburan kaget, temanku yang satu ini, tak paham kunci,tak bisa menyalakan lampu, tak paham nomor kamar, ngotot mau berenang jam satu siang...meloncat loncat telanjang bulat keluar kamar mandi seperti monyet dengan perutnya yang gendut nan berbulu, tangannya mengibas ibas ‘alatnya’ dengan cepat seperti mau menghilangkan belatung yang nempel pada ‘kelelakiannya’
Begini sahabat, temanku ini ingin mandi dengan memakai shower, atau bahasa ilmiahnya pancuran. Tapi pancuran yang ini punya selang jadi bisa diangkat naik turun dan di putar putar. Naa..temanku ini setelah menanggalkan semua busananya, segera mengangkat pancuran tersebut, menyalakan airnya lalu di semprot semprotkan ke sekeliling kamar mandi sementara dia buang air kecil sambil berdiri. Selesai hajat, iapun bermaksud mencuci perkakasnya, tak tahu dia kalau sebelumnya dia memutar kran berwarna merah sampai pull, maka terbilaslah acoknya dengan air panas. Begitulah...
Tapi suasana suka cita tak berlanjut keesokan harinya, Laptop seorang teman kami ngadat saat presentasi, data data berhamburan tak teratur. Sesi kedua lebih tak mendukung, kacau di sesi pertama menimbulkan efek tak menyenangkan di sesi berikutnya. Tuan rumah yang mengundang kami bermuram durja, tak sedikitpun tanggapan terlontar dari mereka. Kami kalah...
Malamnya tak seorangpun berminat untuk bersenang senang, ancaman omelan dari bos di kantor menyebabkan kami tak bersemangat untuk meneruskan semua rencana gila yang telah kami susun malam sebelumnya. Selesai makan malam kamipun beranjak ke kamar kami masing masing, televisi tak kami nyalakan, kami semua merenung di depan laptop berusaha mencari jalan untuk membereskan kekacauan hari ini dan sedapat mungkin menyelamatkan proyek yang kami bawa. Sesekali hp dan telepon kamar berbunyi, dari teman teman yang saling mengisi untuk persiapan pertempuran besok pagi.
Keesokan harinya, kami sarapan tak bersuara, mata kami merah dan muka pucat kurang tidur . Mental kalah sudah kami tunjukkan saat menata proyektor presentasi, tak seorangpun bersuara. Tuan rumah tampil dengan terjangan psikis yang kuat. Pamor orang ibukota dengan dandanan yang necis laksana artis sedang shooting sinetron, membuat kami menjadi rendah diri. Saat itulah pintu ruang konferensi terbuka, seorang bapak bapak kecil menyeruak masuk dan membahasakan salam dalam bahasa bugis. Aura orang besar menyelubungi ruang itu,tak pernah kami tahu, vice president perusahaan itu ternyata orang daerah kami, hal yang malah membuat kami semakin tersudut tak percaya diri.
Sesi hari itu berubah menjadi diskusi, tanpa layar, tanpa presentasi. Kami yang memang siap dengan data dan pengalaman yang tertancap dalam otak, membuat diskusi itu menjadi milik kami. Bapak bugis itu mengusap mukanya, menghela napas dan berpikir sesaat sebelum menunjuk seorang dari kami untuk maju presentasi.
Celakanya menurut kami saat itu, bidang yang terakhir kami bahas adalah bidang dari teman kami, yang tak lain dan tak bukan adalah si acok rebus. Anak sinjai pelosok, yang baru kali itu duduk di pesawat terbang dan bergaya dengan menenteng plastik kuning....melangkah ke white board dengan grogi. Dasinya warna lembayung dengan gambar kupu kupu merah muda, tergantung miring pada lehernya. Tidak meyakinkan sama sekali.
Aku melihatnya dengan pasrah, tak mau melihat ke mukanya yang pucat dan berkeringat...saat sesuatu menarik perhatianku. Ada tonjolan tak jelas pada paha temanku si acok rebus ini, tampak menggumpal di balik celana panjangnya. Tonjolan itu meluncur semakin ke bawah setiap kali ia melangkah lalu jatuh merosot pas saat ia berputar anggun di depan papan untuk menghadap kami audiensnya. Tonjolan yang merosot itu ternyata ...celana dalam !
Sambarang men tong acok ini. Bangun terlambat gara gara begadang untuk persiapan presentasi, mandi buru buru dan tak sempat membongkar tas untuk mencari celana bersih, maka dia hanya sempat meraih celana dalam dari koper dan buru buru memakai celana panjang yang kemarin di pakainya, yang dia taruh di atas kursi depan televisi. Dan celana dalam sisa kemarin itu masih utuh mengeram dalam celananya, kemudian menetas di depan forum.
Ruangan itu meledak karena tawa, Bapak kita yang terhormat itu terkekeh kekeh sambil memukuli meja. Serapah bersahaja dalam bahasa daerah meluncur berulang ulang dari mulutnya. Dan temanku si acok ini dengan tanpa bersalah segera melipat baik baik barangnya dan menyimpannya ke dalam tas dokumen.Cengengesan seakan tak berdosa...lalu melanjutkan presentasinya
. Setelah itu semuanya meluncur dengan rapi, acok rebus ketika presentasi menjelma laksana donald trump yang berhidung pesek dan berambut keriting. Tapi otaknya meleleh dengan cair melalui untaian angka dan data yang tak terbantahkan.Mereka termangu mangu. Ketika giliranku tiba, segala imajinasi tentang masa depan makassar, profit dan benefit untuk mereka dan daerah meluncur dengan lancar. Semua berubah !
Proyek itu kami dapat !
Besok malam, kami akan pulang dengan membawa kemenangan. Bayang bayang bonus sudah di depan mata. Berterimakasih untuk insiden celana dalam itu, kami berempat sengaja menuruti keinginan ‘si acok’ rebus untuk berenang. Kolam renangnya ada di lantai bawah di samping loby, kami berempat sudah duduk di bawah menunggu teman kami itu. Lama juga kami menunggu, saat bel berdenting, pintu lift terbuka,dan....astaga naga. Kami terpana, Si Acok rebus melenggang keluar dengan hanya memakai lilitan handuk dan tak berbaju, keluar lift dengan santainya. Tas plastic kuning berayun pada tangan kanannya,ada sabun,shampo,sikat dan odol didalamnya..pada jam satu siang..saat hampir semua tamu sedang ada di loby sehabis makan siang !!
‘ Apa ko bikin ‘, bentak seorang teman kaget.
‘ Katanya mau berenang ??? ’
Kami segera meringkusnya, menyeretnya masuk kembali ke lift dan memulangkannya ke kamar. Sudah cukup insiden dalam tiga hari itu.
Wawondula, 2 januari 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar