Senin, 16 April 2012

Sebuah Lemparan Tasbih

Ketika itu aku sudah mulai merantau, rejekiku tidak berada di kampung halamanku, sehingga aku terpaksa terbang menyeberangi lautan untuk mendapatkan bagianku di dunia ini..
Sore itu, adalah sore pertama ketika aku di beri kesempatan untuk berkumpul bersama keluargaku di kampung setelah kurang lebih satu tahun tidak bertemu.
Kami sedang berada di ruang tamu ketika seseorang laki laki muda dengan kategori 'gila' tahu tahu memeluk kusen pintu di ruang tamu. Rambutnya gimbal, baju dan badannya jelas menunjukkan dia tidak pernah di basuh selama berminggu minggu.
Tapi anehnya tidak ada kesan jorok dan menakutkan pada orang ini..walau dia meringis dengan gigi kuningnya.
Dia menunjukkan lima jarinya....
Bapakku tersenyum...lalu bertanya dalam bahasa madura " lima ribu ???'.
dia menggeleng....tangannya masih menunjukkan lima jari...
Aku tertawa.
'limang atus ???'...
dia menggeleng keras...
Aku jadi semakin tertawa...
Bapak masuk ke kamar lalu keluar membawa beberapa lembar uang...mulai dari uang kertas sampe uang logam....'Sampean peleh sendiri wessss...'...
Orang tadi malah menggeleng dengan lebih keras....aku juga semakin keras tertawa.
Dia lebih atraktif lagi menunjukkan kelima jarinya....tangan yang satu menggeleng geleng.
'oooo....lima rupiah ???'...
Aaaaa...akhirnya dia mengangguk angguk....
Bapakku garuk garuk kepala.....' dimana mau saya carikan uang lima rupiah...limang ewu ae yooo..'
aku tertawa dengan geli...marah melihatku dia ambil tasbeh yang melingkar di lehernya dan melemparku.
dalam bahasa madura kasar...." aku tidak gila..aku sedang menjalani laku (semacam syarat kelulusan gitu)...aku tak boleh bicara, dst..dst...."
nah dengan lemparan tasbehnya...luluslah lakunya...dan apa lalu harus aku yang ketiban pulung ????
He..he..masa sih ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar